Foto grafi


Baik, saya akan coba lanjutkan langkah ketiga untuk menguasai DSLR. Setelah menguasai Shutter Speed dan Diafragma DSLR atau aperture, maka selanjutnya anda harus mengetahui ISO dan kemudian menguasainya. Saat ini rata-rata kamera DSLR memiliki ISO mulai dari 80 – 3200. Nah, ISO ini juga yang merupakan kelebihan teknologi DSLR dibandingkan dengan teknologi SLR sebelumnya, dimana ISO ini menggantikan ASA yang ada pada SLR.

Anda tentunya pernah memotret dengan menggunakan Film, nah ASA yang terdapat pada sebuah film tidak bisa dirubah. Artinya kepekaan film terhadap cahaya sangat bergantung pada jenis ASA itu sendiri. Karenanya terkadang anda harus merencanakan bahkan melihat situasi terlebih dahulu sebelum menggunakan sebuah film. Misalkan anda ingin melakukan pemotretan dipantai, dimana kondisinya terdapat pencahayaan yang penuh dari matahari langsung, maka tentunya anda akan memilih Film dengan ASA yang rendah, ASA 100 misalkan. Mengapa ASA 100, karena ASA seratus merupakan ASA yang kepekaan terhadap cahayanya rendah. Berbeda jika anda kemudian ingin melakukan pemotretan untuk momen pernikahan didalam gedung yang hanya mengandalkan lampu gedung. Anda tentu harus menggunakan film yang memiliki kepekaan cahaya yang tinggi, ASA 400 misalkan. Nah, inilah salah satu sebab yang membuat film dengan ASA 200 lebih laku ketimbang ASA 100 dan ASA 400, ya karena memang fil dengan ASA 200 ini memiliki kepekaan yang sedang, yang artinya dia masih cukup layak digunakan di kondisi penuh cahaya matahari langsung, maupun kondisi kurang cahaya atau didalam gedung (indoor).

Lalu bagaimana dengan ISO?. ISO merupakan fasilitas terbaik yang berhasil diciptakan dalam teknologi fotografi, karena dengan ISO ini, kepekaan film (dalam DSLR adalah sensor) tidak lagi bergantung pada film yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan kamera digital khususnya DSLR menyediakan ISO yang siap untuk atur. Anda tidak lagi perlu melihat kedepan momen atau kondisi seperti apa yang akan anda abadikan, karena mudah pengaturannya bahkan anda dapat memotret didalam ruangan kemudian keluar ruangan tanpa harus mengganti Film. Bayangkan anda bisa memiliki kepekaan cahaya mulai dari 80 – 3200. Itu sama dengan anda memiliki film dengan asa 80, 100, 200, 400 ……3200. Ini yang membuat saya mengatakan teknologi terbaik dalam dunia fotografi.

Yang perlu anda ingat dalam menguasai ISO ini adalah sama seperti ASA, artinya anda harus menempatkan posisi ISO sesuai dengan kondisi yang ada. ISO ini juga merupakan senjata pamungkas ketika anda benar-benar kekurangan cahaya sementara shutter speed dan aperture sudah tidak memungkinkan lagi dieksplore. Namun ada resiko disini. Pada beberapa kamera DSLR menengah kebawah, ISO tinggi (mulai dari 400) besar kemungkinan terjadi Noise, karenanya harus hati-hati menggunakan ISO tinggi.


Apa itu Diafragma ?


Diafragma atau Aperture atau juga Bukaan. Kalau Shutter Speed menentukan kecepatan membuka dan menutupnya sebuah tirai/rana, maka Diafragma atau Apeture ini adalah hal yang menentukan bukaan terhadap lensa.
Dalam beberapa hal, fungsinya sama dengan Shutter Speed, yaitu mengkondisikan didapatnya sebuah cahaya sehingga menghasilkan sebuah objek yang tidak over exposure / terlalu terang maupun under exposure / minus cahaya.

Setiap jenis lensa memiliki Diafragma yang tidak selalu sama. Tergantung apakah itu wide lense, zoom lense maupun tele. Dan terkadang level lensa itu sendiri menentukan fasilitas Aperture itu sendiri. Semisal dalam Canon biasanya Seri L memiliki Aperture lebih besar dibanding dengan Seri yang biasa pada lensa bermilimeter sama.
Apeture itu sendiri sangat berpengaruh terhadap ketajaman gambar pada Foreground, Background maupun objek itu sendiri. Atau bahasa fotografinya mempengaruhi Depth of Field / DOF / Ruang tajam pada foto yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya seperti ini, coba perhatikan gambar dibawah ini.
Anda melihat beberapa tahap bukaan yang terdapat pada lensa, dalam DSLR angka berbanding terbalik dengan bukaan, artinya seperti ini jika tertera angka pertama 1,4 itu artinya bukaan 1,4 adalah bukaan yang paling besar, dan jika tertera angka terakhir 16 maka itu adalah bukaan yang paling kecil.

Penjelasan sederhananya seperti ini, bukaan besar justru malah akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang kecil, misalkan diterapkan angka 1,4 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, dalam arti focus yang ditangkap oleh kamera mungkin hanya didapat pada objek itu sendiri, sementara foreground maupun background akan miss focus. Oleh karena itu, bukaan besar cocok untuk objek dekat dan makro, namun terkadang fotografer memanfaatkan bukaan besar untuk menghasilkan bokeh / bg-blur yang membuat sebuah foto menarik. Bukaan kecil justru akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang besar, misalkan diterapkan angka 22, maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar. Dalam arti focus akan didapat pada foreground, background sekaligus objek. Nah, bukaan kecil sangat cocok untuk mengambil foto-foto landscape. Gambar berikut adalah contoh karya penulis dari penerapan DOF.

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template PingooIgloo by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP